Palmerah, Warta Kota -- Viralnya video dibalik potret Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo ketika meninjau bencana dibalas dengan sejumlah potret sang presiden lainnya.
Namun berbeda dengan tema sekarang, potret Joko Widodo ketika menjabat sebagai Wali Kota Solo itu lebih mirip seperti rakyat kebanyakan.
Potret tersebut seperti yang diposting akun @rajapurwa; pada Rabu (26/12/2018).
Dalam postingan yang turut serta dibagikan ulang oleh Kepala Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean itu menggambarkan pencitraan yang dilakukan oleh Jokowi-sapaan Joko Widodo.
Pasalnya, walau Jokowi telah menjabat sebagai Wali Kota Solo, pria beranak tiga itu tetap melakukan sesi pemotretan yang tidak biasa.
Dalam potret milik Solopos.com dan Tempo.co tersebut, Jokowi terlihat mencitrakan diri layaknya rakyat kelas bawah.
Dalam parade foto, Jokowi terlihat mengenakan pakaian lengkap dengan topeng ketika menghadiri Tari Topeng Surakarta.
Dalam potret lainnya, Jokowi bahkan menjadi Pedagang Kaki Lima (PKL), penambal ban hingga pengayuh becak.
"Sekali lagi! Gw bersumpah. 'Demi Allah' tahun 2012 gw adalah pengagum berat JKW - AHOK. Seiring dgn waktu dan ditemukan foto2 sprt ini, pandangan gw berubah! Unlogic dan diluar kewajaran!" tulis akun @RajaPurwa menautkan halaman berita foto Solopos.com dan Tempo.co, yakni https://t.co/scCRfPkAUB dan https://t.co/YHfEDLvC8t.
Dikutip dari Tempo.co, sejumlah potret Jokowi yang diunggah pada tanggal 8 Januari 2013 itu menjadi penanda sebagai Wali Kota Terbaik Dunia 2012 peringkat ketiga oleh situs worldmayor.com.
Tidak hanya dianggap berhasil menata Kota Solo, terpilihnya Jokowi yang menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta ketika itu juga karena dinilai sangat sederhana dan merakyat.
Hal itu ditandai dengan potret Jokowi yang tengah duduk di sebuah kursi dengan kostum pengayuh becak lengkap dengan becak di sampingnya.
Sebelumnya, Natalius Pigai, putra asli Papua sekaligus mantan anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mengaku kecewa dengan sikap Jokowi.
TEMPO.CO, Jakarta - Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto menyebut kesalahan sistem ekonomi nasional saat ini merupakan kesalahan bersama. Ia menyebut pemerintahan calon presiden inkumben Jokowi saat ini tak sepenuhnya bertanggung jawab, tapi juga pemerintahan sebelumnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia mengatakan saat ini pembangunan ekonomi nasional telah salah arah. Ia menegaskan Indonesia harus berani mengambil kebijakan untuk mengubah arah pembanguan ini secara menyeluruh. Prabowo menyebut seharusnya ada upaya tegas dari pemerintah untuk menghentikan aliran uang negara ke luar negeri. Hal ini juga yang kerap disebut Prabowo sebagai kebocoran.
"Saya tidak menyalahkan Bapak. Ini kesalahan besar, kesalahan besar presiden-presiden sebelum Bapak. Kita semua harus bertanggung jawab. Bener, itu pendapat saya," kata Prabowo dalam debat calon presiden dan wakil presiden, yang digelar di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Sabtu, 13 April 2019.
Berikut adalah enam presiden RI sebelum Jokowi sejak merdeka pada 1945. Tiap pemerintahan memiliki kebijakan ekonominya masing-masing.
1. Soekarno (1945 - 1965)Menjadi presiden pertama Indonesia, Soekarno dilengserkan oleh Soeharto pada 1965. Selama masa pemerintahannya, Soekarno sempat membuat perekonomian Indonesia sebagai negara baru berkembang. Namun ekonomi Indonesia dengan cepat hancur karena hutang dan inflasi. Bahkan pada periode 1962-1965, inflasi mencapai 100 persen karena pemerintah dengan mudahnya mencetak uang untuk membayar utang dan mendanai proyek-proyek megah.
2. Soeharto (1965 - 1998)Di era Soeharto, tim ahli ekonomi yang belajar di Berkeley, Amerika Serikat, dibentuk untuk memulai periode rehabilitasi dan pemulihan ekonomi. Era ini juga menjadi pintu masuknya investasi asing dibuka lebar setelah dibuatnya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967, tentang Penanaman Modal Asing.
Pasangan capres dan cawapres nomor urut 02 Prabowo - Sandiaga melakukan tos dalam debat kelima Pilpres 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu, 13 April 2019. ANTARA
Namun pada 1997 saat krisis moneter, nilai beberapa mata uang, termasuk rupiah, anjlok. Pada Januari, tercatat rupiah ada di kisaran Rp 11 ribu. Meski sempat sedikit membaik, Soeharto melepas jabatannya pada Mei 1998 setelah mendapat desakan masyarakat dan menandai awal mula era reformasi.
3. BJ Habibie (1998 - 1999)Menjadi presiden menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri, Habibie tak banyak membuat banyak perubahan di sistem perekonomian nasional. Di tahun pertamanya tercatat pertumbuhan ekonomi anjlok menjadi minus 13,31 persen.
Namun dengan beberapa perbaikan regulasi, Habibie mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,79 persen pada 1999. Posisi Habibie tak bertahan lama, dan digantikan oleh Abdurrahman Wahid alias Gus Dur pada Oktober 1999.
4. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur (1999 - 2001)Berbeda dengan Habibie, Gus Dur membuka awal pemerintahhnya dengan naiknya pertumbuhan ekonomi hingga 4,92 persen pada 2000. Namun di tahun berikutnya, pertumbuhan ekonomi menurun menjadi 3,64 persen. Gus Dur lengser dan digantikan oleh Megawati Soekarnoputri lewat pemilihan sidang istimewa di Majelis Permusyawatan Rakyat (MPR) pada 2001.
5. Megawati Soekarnoputri (2001 - 2004)Menjabat kurang dari empat tahun, pemerintahan putri Soekarno ini kerap dinilai cukup berhasil. Tingkat inflasi rendah, nilai tukar rupiah stabil, cadangan devisa stabil, dan menurunnya suku bunga bank, dianggap menjadi indikatornya. Bahkan di akhir masa pemerintahannya, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,03 persen.
6. Susilo Bambang Yudhoyono (2004 - 2014)SBY menjadi presiden pertama Indonesia yang terpilih lewat skema pemilihan umum secara terbuka pada 2004. SBY kembali memenangkan pemilihan pada 2009 dan menjadi presiden selama dua periode.
Menjalankan pemerintahan selama 10 tahun, SBY mencatatkan prestasi di bidang ekonomi dengan membawa Indonesia ke dalam kelompok 20 ekonomi utama atau G20. Bahkan beberapa kali pertumbuhan ekonomi Indonesia menembus di atas angka 6 persen. Beberapa kalangan menilai hal ini tak terlepas dari meningkatnya harga komoditas global.
EGI ADYATAMA | BERBAGAI SUMBER
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada hari ini menjadi sejarah baru bagi Indonesia, yakni pelantikan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden dan Wakil Presiden untuk periode 2024-2029.
Di hadapan para wakil rakyat, keduanya akan mengucap sumpah jabatan melaksanakan tugas selama lima tahun.
Pelantikan Prabowo-Gibran pada hari ini juga dapat menjadi titik balik Indonesia yang kembali memercayakan kendali kepada sosok yang datang dari barisan Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Prabowo, dengan pengalaman sebagai Komandan Kopassus dan Panglima Kostrad, datang dengan janji untuk memperkuat pertahanan dan keamanan negara di tengah dinamika geopolitik yang semakin kompleks. Momen ini seakan membawa kembali ingatan tentang masa-masa di mana militer memegang peran dominan dalam politik.
Perjalanan kepemimpinan Indonesia selalu diwarnai oleh tarik menarik antara pengaruh sipil dan militer. Di satu sisi, pengalaman militer dianggap memberikan ketegasan dan ketahanan di masa krisis. Di sisi lain, aspirasi demokrasi yang diusung para pemimpin sipil tetap menjadi nilai penting yang terus dicari rakyat Indonesia.
Presiden terpilih Prabowo Subianto kini berada di persimpangan tersebut, membawa harapan sekaligus tantangan dalam mengarungi masa depan Indonesia.
Terlepas dari kembalinya kendali pemimpin RI di orang militer, tentunya presiden-presiden sebelumnya memiliki latarbelakang pekerjaan yang berbeda-beda, meski sebelum-sebelumnya juga ada yang berasal dari militer.
Lalu, pekerjaan apa yang pernah dijalankan oleh presiden RI sebelum menjadi orang nomor satu di Tanah Air? Berikut daftarnya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Memasuki peringatan yang ke-77, kemerdekaan Republik Indonesia memiliki makna dan konteks kekinian yang relevan dengan perubahan zaman. Di tengah berbagai lingkup tantangan yang masih berlangsung, masyarakat dan bangsa Indonesia harus tetap setia menjaga dan memaknai kemerdekaan.
Presiden Joko Widodo meresmikan langsung selesainya renovasi masjid tersebut pada Kamis, 7 Januari 2021, di halaman Masjid Istiqlal, Jakarta. Renovasi besar masjid yang dimulai sejak Mei 2019 lalu telah selesai. Masjid kebanggaan umat tersebut kini bersolek lebih indah selepas 42 tahun berdirinya.
Foto: Kris dan Muchlis Jr – Biro Pers Sekretariat Presiden